KTT G20 Pemimpin Dunia Selayaknya Sorot Kerusakan Hutan di Riau

ARIMBI; Pemkab Bengkalis Seharusnya Malu Umumkan Keberadaan Tambak Udang yang Merusak Hutan Mangrove

ARIMBI; Pemkab Bengkalis Seharusnya Malu Umumkan Keberadaan Tambak Udang yang Merusak Hutan Mangrove

Bengkalis - Disatu sisi baik untuk pendapatan bagi warga Pemkab Bengkalis dalam pencapaian potensi produksi tambak udang saat ini telah mencapai 200 hingga 250 ton per bulan.

Disisi lain Aktivis lingkungan hidup dari Yayasan Anak Rimba Indonesia (ARIMBI) menyoroti kerusakan pinggir pantai akibat pembangunan tambak yang marak dilakoni pengusaha asal negara tetangga itu.

Menurut Kepala Suku yayasan ARIMBI, Mattheus, “jelang berlangsungnya konferensi Tingkat Tinggi G20 Bali yang merupakan pertemuan ketujuh belas Kelompok Dua Puluh tahun 2022 itu selayaknya Presiden Indonesia dan anggota G20 menyoroti kerusakan hutan mangrove akibat tambak udang yang terus meluas di kabupaten Bengkalis ini.

“Kita harus malu ketika dengan terang benderang Pemkab Bengkalis mengumumkan ada 68 pelaku tambak udang vaname yang tersebar di enam kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bengkalis, Setahu saya tambak itu dibangun dengan merusak hutan Mangrove yang bermanfaat untuk pembenteng ombak Selat Malaka,” katanya Kamis (10/11/22).

KTT yang dijadwalkan akan berlangsung di Bali, Presidensi Indonesia berlangsung sejak 1 Desember 2021 hingga KTT pada kuartal keempat tahun 2022 berakhir tersebut menurut Mattehus, para pemimpin dunia diharap membicarakan kerusakan lingkungan di Riau.

“Kerusakan tersebut akibat perambahan hutan dalam kawasan maupun lahan gambut yang dikuasai oleh perusahaan bubur kertas. Yang lebih fokus ARIMBI saat ini adalah menyoroti tambak udang di Bengkalis yang mana pengusaha telah membabat hutan mangrove untuk tambah tersebut, akibat gundulnya hutan bakau (mangrove) tersebut luasan pulau Bengkalis telah berkurang karena abrasi di pinggir pantai,” katanya.

“Walau digadang-gadang Pemkab Bengkalis sebelum Covid-19 hasil panen udang di dalam tambah ilegal tersebut menghasilkan 80 hingga 100 ton per bulannya untuk diekspor ke  Malaysia dan Singapura, namun para pejabat tersebut lupa kalau telah terjadi kerusakan lingkungan yang amat parah,” kata Mattheus.

Ironis kata Mattheus, seorang pejabat seperti Bupati Bengkalis menyampaikan hasil sedikit sementara kerusakan alam yang ditimbulkan sangat banyak, bahkan penyampaian yang diwakili Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Bengkalis, Heri Indra Putra dihadapan Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Ekonomi Kerakyatan menghadiri silaturahmi dan pembicaraan pengembangan di bidang Usaha Tambak Udang di Kabupaten Bengkalis, Kamis (9/09/21) lalu itu.

“Kita akui pengembangan budidaya udang vaname atau udang air payau yang merupakan potensi besar di Kabupaten Bengkalis, tapi ingat anak cucu nantinya hanya mendengar keberadaan pulau Bengkalis sementara wujudnya hilang ditelan ombak selat Malaka,” pungkasnya.**